Ini Dia Game Karya Anak Aceh

lada-sicupak

BANDA ACEH – Masyarakat Informasi dan Teknologi Indonesia (MIT), Sabtu (31/5) mengenalkan sejumlah game hasil karya anak muda Aceh dalam acara diskusi santai di warung kopi The Stone, Lampineung. Sebanyak 3 dari 5 game karya anak muda Aceh yang diperkenalkan kepada peserta diskusi yaitu Cempala, Ka Plueng Na Tsunami dan Lada Sicupak.

Direktur Eksekutif MIT, Teuku Farhan kepada Serambi, Minggu (1/6) mengatakan, tim yang mempresentasikan karyanya tersebut merupakan alumni peserta pelatihan Aceh Cloud and Mobile Gaming Bootcamp yang digelar beberapa waktu lalu. Game yang dipresentasikan peserta adalah hasil kreatifitas peserta setelah mendapat pengarahan agar karya yang dibuat mesti berbasis konten ke-Acehan dan bernilai Islami.

“Jangan ikuti konsep dan konten game yang mengandung negatif seperti game pembunuhan, game judi poker karena kita punya identitas sendiri sebagai orang Aceh,” ujarnya.

Ia mengatakan, game Ka Plueng Na Tsunami bisa dikembangkan menjadi model game simulasi penyelamatan diri untuk dijadikan pembelajaran kepada anak-anak, agar anak-anak dapat belajar merespon bencana dengan cara yang menyenangkan.

Teuku Farhan berharap, teknologi yang berkembang sangat cepat saat ini dapat dimanfaatkan dengan positif dan produktif. “Media game merupakan bagian dari kecanggihan media pembelajaran, secanggih apa pun teknologinya, nilai-nilai Islami, adat dan budaya Aceh jangan diabaikan, kita ingin pengguna teknologi dapat memberi sentuhan ke-Acehan dalam setiap karyanya, jangan ikut-ikutan punya orang lain karena kita punya identitas dan budaya sendiri yang sangat kaya,” ujarnya.

Zulhadi Usman, salah satu anggota tim pembuat game mengatakan, ia merancang game Lada Sicupak untuk memperkenalkan kembali sejarah perdagangan Aceh yang pernah gemilang. “Game ini berdasarkan kisah nyata, saat itu kapal Aceh melakukan perjalanan ke Turki membawa lada untuk ditukar dengan senjata. Inilah bukti bahwa uang bukan segala-galanya, beli senjata bisa pakai lada,” ujarnya.

Sementara itu, M Nurdin, Asisten III Setdako Banda Aceh, yang mewakili Plh Wali Kota memberi apresiasi atas keberhasilan sejumlah anak muda Aceh yang kreatif membuat game berkonten lokal. Ia juga menyemangati para peserta pelatihan yang akan mengikuti perlombaan game dalam waktu dekat. Pekmo Banda Aceh, katanya, baru saja mendapatkan penghargaan Indonesian Digital Society Award, yakni kota yang aktif menggunakan IT.

Diskusi MIT Goes to Warkop yang dipandu Dosi Alfian juga didukung oleh Acehweb.com, Jroh Production dan Komunitas Design Grafis Aceh. Masyarakat yang berminat dengan game karya anak muda Aceh dapat memilikinya secara gratis dengan mengirim permohonan ke email info@mit.or.id.

Selain megenalkan game hasil karya anak muda Aceh, diskusi itu juga menghadirkan Abdul Qudus Husein, pemerhati anak di Aceh yang mengulas manfaat dan bahaya game bagi perkembangan otak anak.

Ia mengatakan, banyak manfaat positif yang bisa didapat dari game. Namun, katanya, orang tua harus mengarahkan anak-anak agar dapat memilih game-game yang memiliki nilai positif seperti game Meurunoe Beut (belajar mengaji) yang dibuat MIT.

“Jangan sampai anak kecanduan dengan game. Ciri anak kecanduan game adalah bila anak main game selama satu minggu dua kali dengan durasi lebih dari dua jam per hari,” ujar Qudus yang juga pengurus Komunitas MIT.

Sumber: SerambiNews

3 komentar untuk “Ini Dia Game Karya Anak Aceh”

  1. Pingback: Profile « Teuku Farhan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *